Kejadian sedih berujung pada posting setelah sekian lama ngga nulis. Pagi tadi untuk pertama kalinya kami periksa kucing ke KHS. Biasanya, kami periksa kucing selalu ke Puskeswan Solo, maklum fasilitas pemerintah biayanya jauh lebih murah. Pun banyak celah dan kekurangannya, salah empat-nya adalah : antre panjang, baru buka jam 8 pagi, nomor antrean terbatas sehari hanya 30 nomor, dan tidak bisa rawat inap.
Milo & Kiky
Tentang Chiky
Kami ke KHS dalam rangka memeriksakan Chiky alias Kiky satu-satunya kucing betina kami, paling bontot pula.
Chiky muntah parah dan diare semalam (Senin dini hari), jam setengah 3 pagi kami begadang membersihkan muntahan Kiky yang tersebar dimana-mana. Tiga kasur kena, satu karpet, dan beberapa tempat di lantai, mulai dari bentuk dry food sampai tak berbentuk baik cairan maupun benda entah apa yang sudah setengah dicerna.
Padahal sebelum tidur (kami tidur pukul 12.30 pagi) Kiky masih baik-baik saja. Masih makan lahap, masih bermain bersama Milo & Bona. Siang dan sesorean pun masih main keluar rumah dan tidur siang sama saya.
Klinik Hewan Solo
Masuk UGD
Senin pagi kami bangun kesiangan pukul 5.30, Kiky sudah kejang-kejang. Langsung kami larikan ke klinik yang punya layanan 24 jam. Alhamdulillaah, di Solo sudah ada KHS yang punya UGD 24 jam. Jarak dari rumah pun tidak terlalu jauh.
Sepanjang jalan, Kiky berkali-kali kejang, lalu kaku dan bola mata tertutup putih. Saat itu, saya selalu panggil-panggil namanya sambil saya elus-elus kepalanya, dan dia pun kembali membuka mata & lemas. Mungkin saat itu sebetulnya Kiky sudah tidak kuat, tapi Emaknya belum mau ngelepasin.
Sampai klinik, Kiky langsung ditangani dokter jaga. Penanganannya lumayan sigap, langsung dipasang infus, lalu disuntikkan berbagai obat lewat selang infus. Saya hitung ada 4 macam obat berbeda. Sembari menangani, veterinarian nya sambil assessment dengan menanyai kami seputar bagaimana kondisi Kiky sebelum sampai KHS.
Kemudian sambil menunggu reaksi obat, veterinarian menjelaskan pada kami, kemungkinan-kemungkinan diagnosis Kiky dan kemungkinan penanganannya.
Dugaan utama, Kiky keracunan. Memang, Sabtu malam (malam sebeum muntah-muntah) Kiky tidur di luar. Biasanya ketiga kucing saya selalu tidur di dalam rumah. Hanya kadang Bona, kucing yang paling besar, yang di luar.
Malam itu, saya ingat jam 12.30 saya masih menunggu Kiky pulang sambil saya panggil-panggil dari teras, tapi Kiky sepertinya main jauh jadi tidak mendengar. Akhirnya saya kunci pintu jendela, mengingat Bona dan Milo sudah di dalam, takutnya kalau jendela dibuka malah ketiga-tiganya keluar rumah semua. Saya tidak menunggu lebih lama lagi karena Minggu pagi harus stand by jam setengah 6 untuk jualan di Car Free Day.
Saya ingat waktu saya berangkat CFD sekitar jam 5.45 Kiky pulang. Masih biasa saja, bahkan sepulang CFD ketiga kucing masih saya beri makan ikan besek.
UGD Klinik Hewan 24 Jam
Prosedur KHS
Karena kondisi Kiky sudah berat, harus dirawat inap. Dokter menjelaskan prosedurnya. Kami diminta deposit sejumlah uang, selanjutnya biaya per malam akan dipotongkan dari uang tersebut sehingga nanti jika sudah bisa pulang, misal biaya nya bertambah maka tambahannya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu berat.
Untuk biaya rawat inap, standard sama seperti rata-rata biaya rawat inap di klinik hewan lainnya di Solo yaitu Rp 55.000,- per malam. Saya pernah sterilkan Ucu dulu saya inapkan dua malam (di Klinik yang lain) biayanya juga segitu.
Setelah menyelesaikan urusan administrasi, kami sudah boleh meninggalkan Kiky untuk dirawat inap. Boleh dibesuk dari pukul 8.00-16.00 atau akan diinformasikan setiap hari via WhatsApp bagaimana update kondisi Kiky. Tapi feeling saya ingin menunggu Kiky dulu, karena Kiky sering kejang dan akan kembali kalau saya yang memanggil namanya (dipanggil oleh si Om, ngga mempan).
Goodbye Kiky
Goodbye Chiky!
Jadilah kami menunggui Kiky, sampai dipindah ke ruang perawatan. Sambil terus saya panggil namanya dan elus kepalanya.
Tapi Kiky sudah ngga kuat. Tidak berapa lama, nafasnya berhenti. Kebetulan saat itu sedang bersama paramedis, sehingga langsung dipanggilkan veterinarian dan dilakukan tindakan. Kami diminta menunggu di luar.
Hal terakhir yang kami tau, Kiky dipacu jantungnya. Kemudian kami menunggu di ruang duduk, dengan hati kacau (saya). Beberapa saat kemudian veterinarian keluar dan dengan hati-hati menjelaskan kondisinya.
Kiky sudah pergi. Pacu nafas sudah dilakukan, baik melalui resusitasi, dengan selang langsung ke paru-paru, dan melalui obat yang disuntik. Tapi Kiky tidak tertolong, racunnya sudah menyebar ke organ vital, sudah keluar darah pula lewat anus.
innalillaahi
Pulang ke Rumah
Kami kembali menyelesaikan urusan administrasi. Uang yang sudah kami deposit, dikembalikan setelah dipotong biaya yang dikeluarkan selama satu jam Kiky dirawat yaitu obat anti kejang, obat pacu jantung, infus, biaya veterinarian, dll. Totalnya sekitar Rp 258.000,- menurut saya biaya sekian sangat worth it dibandingin dengan pelayanan KHS di situation emergency seperti Kiky.
Kiky kami bawa pulang kembali setelah sebelumnya dibungkus dengan rapi oleh paramedis menggunakan kertas koran dan plastik hitam. Bentuknya sudah bagus, terlihat damai dan tidak kesakitan. Tapi sebenarnya saya berharap sekalian dibungkus kain kafan.
Kami kuburkan Kiky di pemakaman desa yang kebetulan terletak di belakang rumah kami. Saya berikan tanaman di atasnya, salah satunya adalah tiga batang sukulen simbol dari pernah ada tiga kucing ‘bersaudara‘ di rumah kami yaitu Bona, Milo, dan Kiky.
Sebenarnya sejak diberitahu oleh veterinarian kalau suhu Kiky sudah drop dari normal 37.5 menjadi 33 saya sudah mulai menyiapkan hati. Namun ternyata tetep ngga kuat. Ditinggal oleh yang disayangi meskipun cuma seekor kucing, rasanya sedih banget. Banyak penyesalan atas keteledoran yang saya lakukan.
U