Poligami..

Setelah membahas beberapa topik sensitif seperti ini dan itu, tiba-tiba menjelang tidur tadi malam saya terpikirkan topik poligami.. Sudah sejak lama topik ini dibahas, dengan bermacam-macam argumen masing-masing..

Saya pun masih ingat, beberapa tahun yang lalu semasa saya masih berstatus sebagai pelajar, betapa saya benci sekali dengan poligami.. Kejadian di lingkungan kerabat, yang berbuntut kebencian dan permusuhan, cukup menjadi alasan bagi saya untuk anti-poligami..

Ambil contoh yang agak umum, ingat Ustadz Abdullah Gymnastiar atau yang populer disebut Aa’ Gym? Jama’ah pengajiannya luar biasa banyak waktu itu.. Namun setelah beliau memutuskan mengambil langkah yang cukup tegas dan berani untuk berpoligami, kenyataannya jama’ahnya berkurang drastis dan kemudian beberapa masalah terlihat menghampiri hingga akhirnya sempat jatuh talak kepada istri pertamanya.. Dramatis kan?

Namun ternyata, ketika saya diberi kesempatan oleh Alloh untuk belajar lebih dalam lagi tentang dien ini, termasuk ketika sampai pembahasan tentang poligami, saya menemukan bahwa sesungguhnya yang dipahami di masyarakat ini salah kaprah.. Poligami tidak buruk.. Apabila memang demikian, tentunya Alloh tidak akan memperbolehkannya..

Ilmunya Alloh itu luasnya bagaikan samudera.. Sedangkan ilmunya manusia itu bagaikan setetes air di paruh burung, dibagi wong sak ndonya (dibagi orang sedunia, red.)

Begitu kata Ustadz Hartono di pengajiannya hari ini.. Ya, Alloh Maha Mengetahui.. Termasuk apa-apa yang kita ingini namun sebenarnya buruk bagi kita, dan apa-apa yang kita benci namun sebenarnya baik bagi kita (QS. Al-Baqarah 216)..

Bahkan ketika perintah itu tidak make sense pun, sebagai orang yang beriman kita akan sami’na wa ato’na (tulisannya benar ga ya?).. Artinya : aku mendengar (perintah tersebut) maka aku laksanakan.. Karena terkadang ilmu manusia tidak bisa melogika ilmu Alloh..

Begitu pun masalah poligami ini.. Perspektif saya sekarang ini berubah.. Kebencian terhadap masalah ini berangsur hilang..

Banyak jalan menuju jannah, memang.. Sebaliknya, banyak jalan menuju kekufuran, dan salah satunya adalah bukan hanya dengan mengingkari perintah Alloh tapi cukup dengan membenci aturan-Nya..

Kemudian timbul pertanyaan.. Apakah dengan begini saya mau dipoligami? Masih teringat kata-kata Mbak Pipiek (istri Alm. Uje) dalam salah satu tayangan televisi yang kebetulan saya lihat.. Kalau tidak salah, si reporter memintai pendapatnya apabila Uje berpoligami.. Mbak Pipik berkata Tidak ada serorang wanita pun di dunia yang mau dimadu, tapi ketika Uje ternyata memiliki jodoh lain di dunia ini selain saya, saya hanya bisa ikhlas menerima ketentuan Alloh.. Sepakat! : )

Kemudian timbul pertanyaan lain, apa sebenarnya alasan seorang pria melakukan poligami? Mungkin beragam ya.. Mulai dari tidak adanya respek dari pasangannya sampai urusan ranjang.. Pernah saya membaca buku karangan Mbak Asma Nadia yang berjudul Catatan Hati Seorang Istri yang mana menurut saya ini adalah recommended book, mengutip pengakuan salah seorang pria bahwa mau apa pun alasan poligami yang dia katakan sebenarnya hanya satu : karena pria tersebut jatuh cinta lagi.. Titik! So that simple..

Urusan dunia memang tidak ada habisnya.. Saya pun mengakuinya dan mengalaminya.. Termasuk urusan cinta, perasaan, dan lain sebagainya, termasuk alasan poligami seperti yang sedang kita bahas.. Jika alasan berpoligami adalah seperti yang saya sebutkan di atas, maka tak heran jika buntutnya akan terjadi masalah yang berkepanjangan hingga anak-cucu mereka, karena dari awal niatnya tidak lurus..

Bahkan alasan keduniawian tersebut idealnya tidak akan ada, apabila pernikahan didasarkan pada agama.. Bagaimana suami dan istri sadar akan hak dan kewajibannya masing-masing.. Toh orang-orang zaman dulu tidak harus merasa cocok atau saling cinta pada awalnya untuk bisa menjalankan pernikahan yang bahagia.. Hanya saja, sebagai manusia kita tidak akan luput dari yang namanya alpa.. Termasuk himbauan keras bagi diri saya sendiri untuk lebih bisa meng-evaluasi.. Terkadang pola pikir zaman sekarang memperumit hal-hal yang sebenarnya sederhana..

Tahukah Anda, bahwa suami bertanggung jawab terhadap istrinya tidak hanya di dunia melainkan di akhierat?

Tak hanya harus berkecukupan secara materi.. Namun juga harus mampu mengarahkan istrinya ke jalan yang benar, karena kelak akan menanggung dosa istrinya akibat perbuatan salah si istri yang tidak diingatkan oleh suami.. Nah, terbayang apabila istrinya ada dua.. Dia akan bertanggungjawab terhadap dosa dua orang wanita, belum termasuk ibunya, saudara perempuannya, dan anak perempuannya.. Itu sebabnya, orang yang berilmu akan paham bahwa poligami adalah hal yang berat..

Nah, mari kita renungkan bersama-sama.. Sama sekali bukan bermaksud menggurui, karena kenyataannya saya masih banyak keliru dan harus belajar lagi lebih dalam.. Namun, akan sangat senang apabila ada manfaat yang dapat dipetik dari tulisan yang sekedarnya ini, bagi pembaca pada umumnya, dan terutama pengingat bagi diri saya sendiri.. Allahu a’lam.. : )

Membuat Kontrak dengan Tuhan..

Alkisah ada sepasang suami istri yang sudah 15 tahun berumah tangga, namun belum juga dikaruniai keturunan.. Sang suami, mungkin karena sudah teramat merindukan seorang anak, dia berupaya dengan segala cara agar bisa mendapatkannya..

Suatu hari, datanglah sang suami menemui seorang ustadz.. Kebetulan ustadz tersebut merupakan salah satu dari ustadz-ustadz yang terkenal di negaranya.. Lalu berceritalah sang suami kepada ustadz tersebut mengenai problema yang sudah bertahun-tahun membebaninya..

Ustadz, saya ingin sekali mempunyai anak.. Saya sudah menemui semua Tuhan yang ada, sudah 4 kali saya berganti agama.. Sampai sekarang tak ada satu pun dari Tuhan tersebut yang bisa memberikan saya anak.. Namun, satu-satunya yang belum saya temui adalah Tuhanmu, Ustadz.. Sementara saya akan mencoba menemui Tuhanmu, saya sudah di ambang putus asa.. Jika saya menyembah Tuhanmu, bisakah engkau menjamin Dia akan memberiku anak?

Dan setelah berpikir dalam-dalam, ustadz tersebut menjawab..

Bisa.. Aku menjamin..

Tak sekedar puas dengan jawaban Ustadz tersebut, sang suami menantang ustadz tersebut..

Kalau begitu, kapankah kau jamin aku akan mendapatkan anak yang ku dambakan? Aku sudah 15 tahun menanti kehadirannya, aku tak mau bila kau memintaku menanti Tuhanmu memberikannya padaku 10 atau 15 tahun lagi..

Kata sang ustadz..

Baiklah.. Mari kita buat 5 tahun, aku menjamin kau akan mendapatkannya.. Dan selama itu, kau harus ikuti semua yang Dia perintahkan dengan ikhlas dan sepenuh hati..

Persetujuan itu pun mencapai kesepakatan.. Sang suami mengucapkan dua kalimat syahadat, dan di bawah bimbingan usadz tersebut sang suami melakukan ibadah-ibadah sesuai ajaran Islam.. Sholat, puasa, zakat, sedekah, semua dia lakukan.. Tak hanya amalan wajib, namun amalan sunah pun tak ketinggalan..

Tahun demi tahun berjalan.. Tahun pertama, nihil.. Sang suami belum berhasil mendapatkan keturunan.. Begitu pun dengan tahun-tahun selanjutnya.. Hingga akhirnya pada tahun ke-5, di ujung penghabisan kontraknya, sang istri pun akhirnya hamil.. Betapa senangnya hati suami istri tersebut.. Dan seketika dia menyedekahkan hartanya dalam jumlah yang sangat banyak kepada sang ustadz, sebagai tanda syukur terhadap Tuhannya yang mau mengabulkan permohonannya..

***

Kisah ini adalah kisah nyata.. Saya dapat di sebuah obrolan malam bersama teman.. Dan wow menurut saya ini adalah sebuah perjalanan spiritual yang luar biasa.. Betapa kehadiran si anak merupakan sebuah jalan dari Alloh untuk kedua orangnya, karena tanpa keinginan untuk memilikinya bukan tidak mungkin sang suami tak akan pernah mencapai jalan Alloh.. Dan betapa si calon anak tersebut patut bersyukur karena Alloh telah memilihkannya jalan Islam, dimana Alloh tidak ridho menurunkannya ke rahim si istri sebelum kedua calon orangtuanya memeluk iman..

Semoga kita senantiasa ‘dijaga’ oleh Alloh sehingga mampu bertahan di jalannya di tengah-tengah dunia yang kian kelabu ini.. Semoga kisah ini bisa menjadi renungan dan pelajaran bagi kita semua..